search/cari

Custom Search

nuffnang

Ahad, 14 Disember 2008

MERAYU TUHAN

Abu Nawas sebenamya adalah seorang ulama yang alim. Tak begitu mengherankan jika Abu Nawas
mempunyai murid yang tidak sedikit.
Diantara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa Abu
Nawas mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu. Nawas dengan
pertanyaan yang sama. Orang pertama mulai bertanya,
"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan
dosa-dosa kecil?"
"Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?" kata orang pertama.
"Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan:" kata Abu Nawas. Orang pertama puas karena ia memang
yakin begitu. Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan
dosa-dosa kecil?"
"Orang yang tidak mengerjakan keduanya." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?" kata orang kedua.
"Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan." kata Abu
Nawas. Orang kedua langsung bisa mencema jawaban Abu Nawas.
Orang ketiga juga.bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakann dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan
dosa-dosa kecil?"
"Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?" kata orang ketiga.
"Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu." jawab
Abu Nawas. Orang ketiga menerima alasan Abu Nawas. Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan
puas.
Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya.
"Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?"
"Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati."
"Apakah tingkatan mata itu?" tanya murid Abu Nawas. "Anak kecil yang melihat bintang di langit. la
mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata." jawab Abu Nawas rnengandaikan.
"Apakah tingkatan otak itu?" tanya murid Abu Nawas. "Orang pandai yang melihat bintang di langit.
la mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan." jawab Abu Nawas.
"Lalu apakah tingkatan hati itu?" tanya murid Abu Nawas. "Orang pandai dan mengerti yang melihat
bintang di langit. la tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi orang
yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan KeMaha-Besaran Allah." Kini
murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda. la
bertanya lagi.
"Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?" "Mungkin." jawab Abu Nawas.
"Bagaimana caranya?" tanya murid Abu Nawas ingin tahu. "Dengan merayuNya melalui pujian dan
doa." kata Abu Nawas "Ajarkanlah doa itu padaku wahai guru." pinta murid Abu N awas.
"Doa itu adalah : llahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa'alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa
innaka ghafiruz dzanbil `adhimi.
Sedangkan arti doa itu adalah : Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi
aku tidak akan kuat terhariap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku serta ampunilah dosadosaku.
Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.

Tiada ulasan: